[Kabar] AICIS Merekomendasikan Penolakan Politik Identitas, Aktivis: Melawan Realitas

[Kabar] AICIS Merekomendasikan Penolakan Politik Identitas, Aktivis: Melawan Realitas

Muslimah News, INTERNASIONAL — Mengutip Kemenag, Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-22 digelar di UIN Sunan Ampel Surabaya dan menghasilkan rumusan Surabaya Charter atau Piagam Surabaya. Ada enam rumusan Surabaya Charter, salah satunya menegaskan penolakan terhadap politik identitas.

Rumusan Surabaya Charter dibacakan Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya Ahmad Muzakki pada penutupan AICIS 2023 di Auditorium UIN Sunan Ampel Surabaya. “Menolak penggunaan agama untuk kepentingan politik. Fenomena politik identitas, khususnya yang berbasis agama, harus ditolak keras,” tegas Ahmad Muzakki.

Dengan mengusung tema “Recontextualizing Fiqh for Equal Humanity and Sustainable Peace”, AICIS dilaksanakan pada 2—5 Mei 2023.

Melawan Realitas

Dalam keterangannya kepada MNews, Senin (8-5-2023), aktivis muslimah sekaligus mubaligah nasional Ustazah Dedeh Wahidah Achmad justru menyatakan, menolak adanya identitas sama dengan melawan realitas.

“Identitas merupakan hal penting yang melekat pada diri seseorang ataupun benda. Keberadaannya diperlukan untuk mengenali dan membedakannya dengan pihak lain. Tanpa identitas, ia akan sulit diidentifikasi, bahkan bisa berujung pada kesalahan dan kekacauan. Contohnya, pada kartu identitas kependudukan (KTP) tercantum ciri-ciri khusus pemiliknya, seperti nama, alamat, pekerjaan, jenis kelamin, golongan darah, dan lainnya,” jelasnya.

Ia menyampaikan, penyebutan identitas yang tertera pada kartu tersebut sudah dianggap biasa.

“Tidak ada yang merasa terganggu atau mempermasalahkannya, apalagi menuduhnya sebagai sikap diskriminatif. Dengan suka rela penduduk akan mencatatkan nama, alamat, suku, agama, dan data pribadi lainnya yang dibutuhkan. Sebaliknya, siapa pun tidak akan menerima jika disematkan padanya identitas yang bukan miliknya. Terlebih jika identitas tersebut berupa sifat-sifat yang berkonotasi buruk dan tidak disukainya” urainya.

Namun, ia mempertanyakan, mengapa identitas ini dianggap berbahaya jika digandengkan dengan politik? “Anehnya, mengapa yang seringkali dituduh politik identitas itu hal-hal yang berkaitan dengan Islam?” tanyanya lugas.

Bukan Hal Baru

Ustazah Dedeh mengingatkan, penyematan istilah buruk dan opini-opini sesat terhadap ajaran Islam dan pemeluknya bukanlah hal yang baru.

“Pada masa awal diturunkannya risalah Islam, tuduhan keji yang dilamatkan pada diri Rasulullah dan risalah yang dibawanya sudah dilontarkan oleh orang-orang kafir Quraisy,” ucapnya.

Ia mengutip firman Allah dalam surah Al-Anbiya ayat 5,  “Bahkan mereka berkata (pula), ‘(Al Quran itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya, bahkan ia sendiri seorang penyair. Maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagai-mana Rasul-rasul yang telah lalu di-utus.”

Dahulu, imbuhnya, Al-Qur’an disebut sebagai mimpi-mimpi yang kalut, sedangkan Rasulullah dikatakan sebagai penyair, bahkan orang gila.

“Tuduhan ini bermaksud menyebarkan opini buruk agar masyarakat tidak mendekati beliau dan mempercayai ajarannya. Sekarang istilahnya memang tidak sama, tetapi intinya tidaklah berbeda ingin menjauhkan pelaksanaan ajaran Islam yang dibawa Rasulullah dari kehidupan dan menggantinya sesuai dengan pemahaman mereka,” bebernya.

Hal ini, jelas Ustazah Dedeh, tercantum dalam poin keempat Piagam Surabaya, yakni menafsirkan ulang semua doktrin fikih yang mengategorikan dan mendiskriminasi manusia atas dasar agama atau etnis, seperti konsep kafir zimi dan kafir, atau memandang selain muslim sebagai tidak setara dan warga negara kedua.

“Bukankah istilah kafir dan ahlu dzimmah berasal dari wahyu Allah dan pelaksanaannya dicontohkan oleh Rasulullah? Apakah Allah dan Rasulullah mendiskriminasi manusia? Na’udzubillahi min dzalika jika kita ikut-ikutan mengusung tuduhan itu,” cetusnya.

Waspada

Ustazah Dedeh pun menekankan, umat harus waspada ketika seruan menolak politik identitas bisa bermakna menghalangi politik Islam, yakni mencegah syariat Islam kembali mengatur masalah kehidupan.

“Umat harus dicerdaskan supaya memiliki pemahaman yang benar tentang forum ini. Jangan sampai umat terjebak pada pemikiran sesat yang diusung oleh para cendekiawan dan akademisi lintas negara tersebut,” ucapnya.

Oleh karenanya, Ustazah Dedeh menuturkan, seorang muslim harus bangga dengan identitas keislamannya.

“Identitas itulah yang menunjukkan bahwa ia adalah hamba yang telah memenuhi seruan iman yang disampaikan Rabb-nya. Identitas yang diawali dengan ikrar syahadat inilah yang menjadi kunci dia untuk masuk surga,” jelasnya mengutip hadis riwayat Abu Dawud,

  عَنْ مُعَاذَ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ كَانَ آخِرَ كَلَامِهِ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله دَخَلَ الْجَنَّةَ  

Dari Mu’adz bin Jabal ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Siapa pun yang akhir ucapannya (ketika menjelang ajal) kalimat La ilaha illallah maka ia masuk surga.”

Ia menambahkan dengan sabda Rasulullah ﷺ dalam riwayat Abu Dawud,

 (مَنْ قَالَ : رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا ، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا ، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا ، وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ)

Siapa yang berkata, Aku rida kepada Allah sebagai Rabb, Islam sebagai din, Muhammad sebagai Rasul’ niscaya surga itu wajib untuknya.

Juga, ia melanjutkan, ini akan mengakibatkan tertolaknya segala amal serta menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan kenikmatan di akhirat dan meniscayakan kecelakaan yang kekal, sebagaimana firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 85,

“Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, ia tidak akan diterima, dan di akhirat ia termasuk orang yang rugi,” kutipnya.

Dengan demikian, Ustazah Dedeh menyatakan, seharusnya bukan hanya bangga, bahkan identitas ini harus dinyatakan karena akan menjadikannya termasuk orang dengan sebaik-baiknya perkataan, sebagaimana firman Allah dalam QS Fussilat ayat 33,

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah , mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang Muslim?[MNews/Ruh]

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *