[Infografik] Pemuda, Jangan Sesatkan Potensinya

[Infografik] Pemuda, Jangan Sesatkan Potensinya

Muslimah News, INFOGRAFIK—

Aset Peradaban

Pada setiap masa, generasi muda adalah aset peradaban. Tidak terkecuali pada masa RI (revolusi industri) 4.0 saat ini. Untuk Indonesia sendiri, hal ini terbukti oleh adanya bonus demografi. Potensi ini sejatinya lahan subur untuk menanam harapan masa depan bangsa.

Dari total populasi dunia saat ini yang diperkirakan mencapai 7,5 miliar penduduk, 16% diantaranya atau sekitar 1,2 miliar penduduk merupakan orang muda berusia antara 15 hingga 24 tahun. Kaum muda ini sangat berperan untuk menghadapi ancaman dan tantangan terburuk bagi pembangunan berkelanjutan, termasuk dampak perubahan iklim, pengangguran, kemiskinan, ketidaksetaraan gender, konflik, dan migrasi.

Di Indonesia, jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 70% dari total penduduk dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2028-2030. Pada periode itu, diprediksi akan menjadi puncak fenomena bonus demografi yang dapat dioptimalkan untuk produktivitas dan kemajuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Potensi Pemuda

Sudah menjadi rahasia umum, beberapa hal berikut ini merupakan potensi pemuda.

Agent of change (agen perubahan) merupakan sosok penting yang membantu suatu proses perubahan baik dalam suatu perusahaan, organisasi, institusi, maupun masyarakat. Secara umum, agent of change merupakan sosok yang menginisiasi suatu perubahan atau bertindak sebagai katalis untuk sebuah proses perubahan. Selain itu, sosok agent of change juga mampu memperbaiki situasi atau berperan dalam pencarian solusi di tengah suatu kesulitan.

Pemuda juga punya peran sebagai iron stock, yakni aset, cadangan, harapan, dan generasi penerus bangsa di masa depan. Ibnu Khaldun pun berbicara kualitas pemuda dan peradaban dalam kitabnya Muqaddimah mengatakan bahwa “Generasi Perintis adalah generasi yang memiliki semangat juang tinggi, pantang menyerah, cerdas, dan berkomitmen besar dalam membangun peradabannya. Generasi Pembangun adalah generasi yang masih mewarisi semangat dan ruh perjuangan pendahulu mereka. Biasanya pada masa merekalah sebuah peradaban akan mencapai puncak kemajuannya”. 

Pemuda juga orang-orang yang idealnya memiliki fisik prima, tenaga kuat, serta daya pikir yang luas. Ini terbukti berdasarkan data hasil Sensus Penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari-September 2020, jumlah gen-Z (mereka yang tahun ini berusia antara 10-26 tahun) di Indonesia mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94% dari jumlah total populasi masyarakat Indonesia. Selain itu, jumlah generasi millenial (yang berusia antara 27-41 tahun) pun turut menyumbang angka yang cukup besar pula mencapai 69,90 juta jiwa atau setara dengan 25,87% dari jumlah total penduduk Indonesia.

Sungguh, semua potensi ini tidak hanya tampak dalam kekuatan idealisme, pemikiran, gagasan dan kualitas yang dimiliki oleh pemuda, namun secara kuantitas pun pemuda turut menjadi entitas dominan yang mampu menjadi penentu arah keputusan dan masa depan negara.

Potret Pemuda Hari Ini

Sayangnya, potret pemuda hari ini banyak yang tersesat dari potensi sejatinya. Lihat saja, di era digital, pemuda yang dikenal sebagai kalangan melek teknologi, justru tidak ubahnya mesin ekonomi kapitalisme dengan munculnya tren startup dan teknologi keuangan, seperti bank digital dan uang digital (cryptocurrency, bitcoin, dsb.). Mereka juga terlibat dalam teknologi sesat dan melalaikan seperti game online, pinjaman online (pinjol), hingga judi online.

Pada saat yang sama, sebagian mereka ada yang menjadi bemper kapitalisme dalam wujud sampah peradaban, semacam gelaran Citayam Fashion Week serta barisan garis keras penggemar drakor dan K-Pop.

Di sisi lain, kita juga sering mendapati para pemuda yang hidup bebas tanpa batas, bahkan berpihak pada perilaku maupun pelaku penyuka sesama jenis yang kasusnya sudah menjangkiti hingga level anak-anak sekolah. Giliran yang masih suka lawan jenis, mereka terlibat free sex, atau malah menjadi penganut childfree alias pasangan muda yang menikah namun tidak menghendaki untuk memiliki anak meski kondisi biologisnya sehat dan normal.

Perihal kosmetik, marak jenama-jenama kosmetik baru yang mendadak populer dengan kata kunci “skin care” dan “glowing” di kalangan remaja putri. Sosok-sosok endorser, selebgram serta YouTuber fesyen dan kecantikan ramai berjejal di aplikasi-aplikasi yang biasanya digandrungi anak muda, seperti TikTok, Instagram dan YouTube. Mayoritas bicara tentang betapa pintarnya mereka bergaya.

Pun perihal arus deras moderasi beragama yang ternyata penuh dengan omong kosong. Bagaimana tidak? Moderasi beragama, yang katanya bertujuan agar generasi muslim tampil lebih toleran, nyatanya membuahkan hasil yang berkebalikan; generasi muslim justru makin mundur dan rusak. Moderasi beragama yang menargetkan terkikisnya rasa berlebihan dalam beragama, target utamanya adalah Islam sehingga identitas Islam radikal makin terdikotomi tetapi sekaligus makin menjauhkan Islam kafah dari sosok generasi muslim.

Ini masih belum kasus-kasus kriminal seperti narkoba, maupun delik hukum lainnya. Namun sungguh, semua ini menyesatkan pemuda!

Gambaran Pemuda Sejati

Tidak heran, minat generasi muda untuk merumput di ladang hijrah dan taat syariat, dianggap mengkhianati sekularisme sekaligus merupakan kerugian sistemis bagi kapitalisme. Padahal Allah Taala berfirman dalam Surah Adz-Dzariyat [51] ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.”

Juga Surah Ar-Ruum [30] ayat 30:

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

Oleh karena itu, hendaklah kita tidak berhenti memberikan gambaran pemuda muslim sejati. Para pemuda terbaik adalah generasi awal Islam. Mereka sebenar-benarnya sosok pahlawan. Kisahnya adalah realitas, bukan sebatas romantika sejarah, alih-alih dongeng fantasi. Mereka adalah para pemuda di zaman Nabi Muhammad saw.. Mereka membersamai Nabi saw. sejak masa belia. Hati mereka dipenuhi cahaya iman sehingga mereka begitu ringan dan rida membela Islam. Mereka para pejuang, garda dan perisai bagi dakwah beliau saw.. Merekalah para sahabat Rasulullah saw., yang keberadaannya bagai mata air. Aliran jejaknya menghidupkan titik awal tegaknya peradaban Islam yang gemilang.

Khatimah

Tidaklah pada tempatnya memperbaiki generasi muda hanya dengan perbaikan akhlak, alih-alih revolusi mental. Justru hal ini butuh revolusi ideologis dan politis berdasarkan Islam, sebagai konter terhadap arus deras penyesatan generasi muda dari potensi besarnya.

Hendaklah kita ingat pesan Rasulullah saw. berikut ini, dari Ibnu Abbas Rasulullah saw. bersabda, “Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara, waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al Hakim). [MNews/Nind]

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *