[Kabar] Mengutuk Pembantaian Bayi-Bayi Muslim Sembari Mendukung Hubungan Dagang dengan Zion*s, Aktivis: Sikap Produk Sekuler Kapitalisme!

[Kabar] Mengutuk Pembantaian Bayi-Bayi Muslim Sembari Mendukung Hubungan Dagang dengan Zion*s, Aktivis: Sikap Produk Sekuler Kapitalisme!

Muslimah News, INTERNASIONAL — Layanan berita Duvarenglish (20-4-2024) mengabarkan bahwa Wakil Ketua AKP (Partai Keadilan dan Pembangungan Turki) yang sedang berkuasa, Nihat Zeybekci, menyatakan dukungannya atas hubungan dagang Turki dengan “negara Zion*s”, meski ia juga mengutuk pembantaian bayi-bayi muslim.

Ia berkata, “Pembantaian bayi muslim adalah satu hal, tetapi perdagangan dengan Zion*s adalah hal yang lain.” Ia bahkan membenarkan perbedaan yang tidak adil ini dengan mengatakan bahwa Turki memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan Zion*s yang menyatakan, “Kami menjual enam dan membeli satu.”

Menanggapi sikap tersebut, aktivis muslimah Zehra Malik menyatakan bahwa itu adalah sikap seseorang yang dibesarkan dalam kehidupan dengan ideologi sekuler kapitalisme.

“Zeybecki adalah salah satu dari “anak-anak” yang dicuci otak, dibesarkan dalam institusi kolonial sekuler yang disebut Republik Turki, dan duduk di majelis nasional sebagai “boneka-boneka” Barat,” ujarnya, Jumat (26-4-2004).

Bahkan faktanya, ia melanjutkan, Zeybekci menyatakan dengan kata-katanya sendiri secara bebas dan terbuka, disaksikan oleh jutaan umat Islam di seluruh dunia, bahwa ia bagian dari Pemerintah Turki, sedangkan kata “muslim/Islam” tetap melekat kuat pada kartu identitas mereka.

“Para penguasa dan anggota parlemen ini, yang berupaya membenarkan hubungan dengan musuh-musuh Islam, khususnya dengan Zion*s dan pelindungnya, juga merupakan produk dari ideologi sekuler kapitalisme. Jadi, kita tidak terkejut ketika mendengar para Deputi AKP mengecam umat Islam yang menentang perdagangan dengan mereka,” urainya.

Ia pun menyatakan sesungguhnya umat mengetahui bahwa mereka telah “menjual” kekuasaan Allah, serta memperdagangkan darah dan kehormatan umat Islam demi keuntungan mereka sesaat.

“Mereka mengisi perut mereka tidak dengan apa pun selain api,” tegasnya.

Kontradiktif

Ia kemudian menggambarkan sikap kontradiktif ini sebagai buah dari perayaan Hari Kedaulatan Nasional dan Anak Turki setiap 23 April, yang juga memperingati lahirnya Republik Turki yang sekuler dan demokratis. Pada perayaan tersebut, anak-anak Turki diberi kesempatan berpidato menyampaikan pemikiran mereka.

“Pidato yang akan disampaikan tentu menyebutkan bahwa mereka akan tumbuh menjadi perwakilan terbaik dari demokrasi dan hak asasi manusia untuk menciptakan masa depan yang lebih baik di dunia, menyelamatkan dan melindungi anak-anak kelaparan akibat konflik dan dunia yang dilanda perang. Bahkan, menciptakan hari esok yang lebih baik bergandengan tangan dengan semua anak-anak Turki untuk semua anak di seluruh dunia,” bebernya.

Pidato itu, sambungnya, merupakan sesuatu yang aneh. Ini karena menurutnya, anak-anak itu membacakan Al-Qur’an pada 23 April bukan dalam rangka menenangkan dada mereka yang sakit menghadapi kekejaman, sebagaimana dilakukan teman-teman mereka di Gaza yang anggota tubuh mereka diamputasi tanpa anestesi apa pun.

“Mereka tidak akan menasihati politisi dewasa agar mereka tidak sekadar menjadi pengamat genosida. Kemungkinan besar mereka akan berbicara bahwa demokrasi sejatinya mampu menyelamatkan anak-anak di dunia ini jika anak-anak menganut ideologi ini (demokrasi-ed.) dengan benar dan sejak usia dini,” tuturnya miris.

Perayaan tersebut, lanjutnya, menjadi sarana mencuci otak anak-anak dengan ide-ide pembebasan bangsa dari “belenggu Islam” atau pembebasan perempuan dari penindasan di bawah aturan berpakaian Islam, perayaan gaya hidup liberal, yang memuji sentimen hedonistik dan egois, serta pemberontakan terhadap Sang Pencipta dan orang tua sebagai hal yang diperlukan untuk kelangsungan hidup.

“Anak-anak kecil secara harfiah disuruh bersujud di hadapan nilai-nilai, prinsip, prestasi, bahkan patung Ataturk.” paparnya prihatin.

Ia menilai perayaan tersebut justru merayakan fragmentasi Khilafah, hasil mengamputasi tanah-tanah Islam dari wilayah utamanya, yaitu Turki; menunjukkan kepentingan sekuler nasionalisme lebih berharga daripada ikatan persaudaraan di antara umat; juga merayakan kesembronoan atas kelaparan, pengeboman, dan anak-anak muslim yang menjadi yatim piatu di seluruh dunia, seperti di Nigeria, Kongo, Somalia, CAR, dan sebagainya.

“Ia (perayaan itu-ed.) merayakan bahwa umat muslim bisa “tetap patuh” ketika penguasa boneka mereka menyebut para pembunuh umat Islam di Suriah, Yaman, atau di tempat lain sebagai sekutu dan teman mereka,” ungkapnya sedih.

Jadi, menurutnya, Turki justru merayakan keberhasilannya dalam membesarkan anak-anak munafik, yang mana hak untuk menikmati hidup sebagai seorang anak hanya ada pada anak-anak yang menganut agama selain Islam.

Bukan Kemenangan

Ia menegaskan bahwa semua itu bukanlah kemenangan Turki. “Sebabnya, masih ada para pemuda yang memprotes diamnya rezim Turki terhadap genosida di Tanah Suci, serta memprotes perdagangan Turki dengan penjajah dan pembunuh yang jahat,” ungkapnya.

Ia pun mengutip firman Allah dalam QS An-Nisa’: 141, “Dan Allah tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir atas orang-orang yang beriman.”

Allah, tegasnya, membiarkan orang-orang munafik ini, para pendukung pembunuh genosida ini, berkuasa lagi atas umat Islam sebab Allah Taala menunggu umat bersatu melawan mereka. Walhasil, ia pun mengingatkan para politisi dan penguasa tersebut dengan mengutip firman-Nya.

“Kami mengingatkan para politisi dan penguasa yang lemah, yang mengorbankan akhirat mereka demi keuntungan sesaat, dengan peringatan Allah dalam QS At-Taubah ayat 24, ‘Katakanlah, jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, sanak saudaramu, dan harta benda yang kamu peroleh, dan kelambanan dalam berdagang yang kamu takuti, dan tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu sukai daripada Allah dan Rasul-Nya, serta ikhtiar di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah melaksanakan perintah-Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang durhaka’,” pungkasnya. [MNews/AH]

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *