[Kabar] Jurnalis: Media Pro Zion*s Berusaha Mengaburkan Fakta Genosida di Gaza

[Kabar] Jurnalis: Media Pro Zion*s Berusaha Mengaburkan Fakta Genosida di Gaza

Muslimah News, INTERNASIONAL — Menurut salinan memo internal yang diperoleh The Intercept, The New York Times mengeluarkan memo internal yang menginstruksikan jurnalis untuk membatasi penggunaan istilah-istilah, seperti “genosida”, “pembersihan etnis”, dan “wilayah pendudukan” ketika melaporkan perang Israel di Gaza.

Memo tersebut juga menyarankan untuk tidak menggunakan kata “Palestina”, kecuali dalam kasus yang jarang terjadi dan menghindari istilah “kamp pengungsi” untuk wilayah di Gaza, yang diakui oleh PBB sebagai rumah bagi ratusan ribu pengungsi yang terdaftar.

Memo yang ditulis oleh editor The New York Times itu bertujuan untuk memandu pelaporan objektif mengenai perang di Gaza, tetapi telah dikritik oleh beberapa stafnya karena menunjukkan rasa hormat terhadap narasi Israel.

Mengaburkan Fakta

Menanggapi berita di atas, jurnalis Joko Prasetyo menilainya merupakan upaya sistematis untuk mengaburkan fakta sesungguhnya yang terjadi di Gaza, Palestina.

“Memang, organisasi berita nirlaba The Intercept pada 15 April 2024 hanya mengungkap memo internal kantor berita yang berpusat di New York, Amerika Serikat tersebut, tetapi saya yakin hal serupa juga dilakukan oleh berbagai media massa internasional yang pro Zion*s Y4hudi lainnya,” jelasnya kepada MNews, Jumat (19-4-2024).

Upaya pengaburan fakta ini menurutnya, menyusul gagalnya upaya penguburan fakta lapangan oleh para tentara entitas penjajah Y4hudi dengan cara pembantaian terhadap tidak kurang dari 106 jurnalis yang meliput di Gaza sejak Oktober—Desember 2023. “Apabila didata sampai detik ini, saya yakin jumlah jurnalis yang dibantai akan bertambah banyak lagi,” yakinnya.

Meski demikian, imbuhnya, tetap saja serpihan fakta yang terekam berbagai video amatir yang diambil warga Gaza dan relawan, mengungkap dengan gamblang betapa sadisnya Zion*s Y4hudi melakukan genosida di Gaza.

“Namun, upaya pemberian sanksi atau sekadar meminta PBB agar memaksa Zion*s Y4hudi melakukan gencatan senjata saja, langsung diveto AS. Sejak Oktober 2023—Februari 2024, tercatat sudah tiga kali AS memveto dan yang keempat AS hanya abstain. Meski demikian, tetap saja pada Ramadan dan Idulfitri, muslim Gaza dibantai Zion*s Y4hudi,” tuturnya kesal.

Ia menerangkan, dari awal pendudukan Zion*s di Palestina hingga Desember 2023, tercatat sudah 45 kali AS memveto semua resolusi PBB yang mengkritik Zion*s Y4hudi. Dengan demikian, lanjutnya, meski entitas penjajah Y4hudi begitu brutal membantai muslim Palestina umumnya dan membantai muslim Gaza khususnya, Zion*s Y4hudi ini tetap saja aman karena didukung penuh negara Kristen AS dan negara-negara Kristen Eropa lainnya, termasuk Inggris.

“Di sisi lain, para penguasa dunia Islam yang di Timur Tengah maupun di Asia Tenggara sampai detik ini, termasuk Indonesia, hanya mengecam di mulut saja. Sama sekali tidak ada tanda-tanda untuk mengerahkan militernya berjihad mengusir entitas penjajah tersebut dari tanah suci ketiga kaum muslim tersebut. Justru secara defacto tetap saja menjalin hubungan dagang dengan para pembantai tersebut,” kritiknya.

Tetap Istikamah Berjuang

Ia berharap, kaum muslim Gaza maupun di belahan dunia lainnya tidak berputus asa, tetap berdoa mengharap pertolongan Allah Swt., seraya istikamah berjuang di bidangnya masing-masing sesuai ajaran Islam.

“Yang memungkinkan berangkat berjihad untuk membantu muslim Gaza melawan kafir penjajah, berangkatlah. Yang mampu menyumbangkan logistik untuk membantu Gaza, lakukanlah,” sarannya.

Ia menambahkan, silakan juga mengampanyekan boikot produk Zion*s Y4hudi maupun memboikot pihak-pihak yang pro Zion*s Y4hudi karena menurutnya hal itu juga menunjukkan koordinat keberpihakan.

“Yang mampu memberikan bantuan kesehatan, bantulah. Yang mampu ‘julid fi sabilillah’, gencarkanlah. Yang mampu berbicara dan atau menulis, berbicara dan atau menulislah. Sampaikan fakta sebenarnya di lapangan. Berikan solusi Islamnya,” ajaknya.

Ia berharap, dengan itu semua kaum muslim lainnya, termasuk para penguasa negeri Islam, dapat tersadarkan.

“Kalaupun tidak, setidaknya kita sudah berada di jalan yang benar, tetap jernih melihat fakta lapangan dan tetap memberikan solusinya dalam pandangan Islam. Karena kita hanya akan dihisab oleh Allah Swt. atas sikap dan perbuatan kita sendiri, ada di pihak mana kita dalam masalah Palestina ini? Solusi yang kita berikan islami atau bertentangan dengan Islam?” tegasnya.

Bonusnya, ia melanjutkan, jadi pahala jariah buat kita apabila mereka tersadarkan lalu mengikuti solusi Islam yang disampaikan. “Sebaliknya, kita sama sekali tidak mendapatkan dosa dari mereka-mereka yang menolak solusi Islam yang kita sampaikan,” ujarnya.

Masalah Cabang

Ia mengatakan, korban serangan Zion*s di Gaza terus bertambah, pada Rabu (17-4-2024) mencapai 33.797 syahid. “Namun secara faktual maupun pandangan islaminya, sebanyak apa pun update data kebiadaban entitas Zion*s Y4hudi dalam membantai muslim Palestina, menghancurkan semua fasilitasnya, mengusir yang masih hidup, itu semua hanyalah masalah cabang,” tandasnya.

Masalah pokoknya, ucapnya, adalah pendudukan Zion*s Y4hudi di tanah kharajiyyah Palestina setelah diruntuhkannya Khilafah Islam oleh kafir penjajah.

“Solusi Islamnya jelas, (yakni) jihad untuk mengusir entitas Zion*s Y4hudi dari Palestina dan ditegakkan Khilafah untuk memerdekakannya secara hakiki. Adapun solusi dua negara (two state solution) merupakan solusi kufur, batil, bertentangan dengan Islam,” tukasnya.

Memantaskan Diri

Ia pun mengajak agar jernih melihat fakta lapangan dan tetap memberikan solusinya dalam pandangan Islam. Ia juga berharap umat Islam istikamah dan terus memantaskan diri agar semua layak mendapat pertolongan Allah Swt. berupa tegaknya kembali Khilafah yang menerapkan syariat Islam secara kafah.

“Di bawah komando khalifah kaum muslim berjihad mengusir penjajah dari tanah suci ketiga kaum muslim tersebut. Sebagaimana dahulu Palestina bersatu dengan Khilafah Rasyidah pada masa Khalifah Umar bin Khaththab ra; sebagaimana dahulu ketika Shalahuddin al-Ayyubi mengusir penjajah Salibis dari Palestina dan mengembalikan kembali tanah suci ketiga tersebut ke pangkuan Khilafah Abbasiyah; sebagaimana Khalifah Abdul Hamid II menjaga Palestina agar tetap di bawah Naungan Khilafah Utsmani. Begitu juga kelak ketika Khilafah Rasyidah kedua yang insyaallah akan tegak kembali,” pungkasnya. [MNews/IA]

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *