[Tarikh Khulafa] Sultan Muhammad I Menumpas Pemberontakan Kelompok Aliran Sesat

[Tarikh Khulafa] Sultan Muhammad I Menumpas Pemberontakan Kelompok Aliran Sesat

Penulis: Nabila Ummu Anas

Muslimah News, TARIKH KHULAFA — Sudah menjadi tanggung jawab Daulah Islam untuk menjaga akidah kaum muslim dari berbagai penyimpangan agama yang bisa menjerumuskan seorang muslim ke jurang kesesatan. Daulah Islam juga bertugas untuk menjaga persatuan dan kesatuan rakyat di bawah naungan daulah. Peristiwa ini pernah terjadi di Daulah Utsmaniyah. Pada masa kepemimpinan Sultan Muhammad I, ada kelompok aliran sesat yang mengumpulkan kekuatan dengan ribuan pengikut. Pemimpinnya yaitu Badruddin sangat berambisi untuk menguasai Daulah Utsmaniyah.

Aliran Sesat

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad I, ada seorang yang bernama Badrudin Mahmud bin Israil. Di Kota Iznik, Syekh Badruddin menyerukan mazhabnya yang menyimpang, yaitu persamaan di bidang harta, benda, dan agama. Ia tidak membedakan antara seorang muslim dan nonmuslim dalam hal akidah. Ia menyatakan bahwa semua manusia adalah saudara, walaupun akidah dan agamanya berbeda-beda. Banyak orang-orang yang bergabung dengan mazhabnya ini sehingga Syekh Badruddin memiliki banyak murid. Di antara pengikutnya adalah Beir Qalizah Musthafa dan Taurah kamal.

Aliran sesat ini menyebar dengan cepat dan memiliki banyak pengikut. Sultan Muhammad I bersiap sedia untuk memerangi mazhab batil ini. Sultan Muhammad I mengirim salah satu panglima perangnya dengan tentara yang berjumlah besar untuk memerangi Badruddin. Namun, Panglima Sisman yang diutus oleh Sultan Muhammad I terbunuh di tangan Beir Qalizah Musthafa dan pasukan Sultan Muhammad I dapat dikalahkan.

Sultan Menyiapkan Strategi Penumpasan

Sultan Muhammad I mempersiapkan pasukan yang lain di bawah komando Bayazid Pasha. Panglima Bayazid Pasha bergegas memerangi Beir Qalizah dan berhasil meraih kemenangan atasnya di Perang Qurh Burnu. Setelah itu ditegakkanlah hukuman terhadap Beir Qalizah Musthafa karena pengkhianatannya kepada Daulah Utsmaniyah.

Syekh Badurddin tetap melanjutkan seruan sesatnya serta menyangka ia akan mampu menguasai Daulah Utsmaniyah disebabkan adanya kekacauan dan perpecahan di dalam negeri. Pemimpin Walachia di Rumania mendukung pemberontakan kelompok Badruddin ini, baik secara materi maupun militer.

Sultan Muhammad I terus memantau dan mempersempit ruang gerak kelompok pemberontak sehingga mereka terpaksa pindah ke Kota Deli Orman. Kepindahan Badruddin ke tempat itu dan kemampuannya untuk mengumpulkan ribuan orang baru yang mendukung ia dan gerakannya, adalah bukti tepatnya pemilihan tempat oleh kelompok Badruddin.

Di Deli Orman, mulailah bantuan berdatangan dari Eropa kepada kelompok Badruddin. Ini menyebabkan arus pemberontakan makin meluas melawan pemimpin Daulah Utsmaniyah, yakni Sultan Muhammad I. Jumlah pasukan pemberontak mencapai delapan ribu tentara.

Sultan Muhammad I terus mengikuti perkembangan urusan ini dengan penuh kewaspadaan dan kesadaran. Dia tidak lalai terhadap apa yang dilakukan pemberontak. Sultan Muhammad I sendiri memimpin pasukan dalam jumlah besar dalam peperangan terhadap pemberontakan Badruddin di Deli Orman.

Sultan Muhammad I menjadikan Siruz sebagai markas militernya. Dia mengirimkan pasukan-pasukannya untuk menyerang pemberontak dan akhirnya mampu mengalahkan mereka. Badruddin, sang pemimpin pemberontakan bersembunyi dan melarikan diri untuk menghindari kejaran pasukan Daulah Utsmaniyah.

Intelelijen Sultan Muhammad I berhasil mengacaukan barisan pemberontak dan melakukan tipu daya yang jitu. Hasilnya, Badruddin berhasil ditangkap. Ketika Sultan Muhammad I bertemu dengan Badruddin, ia berkata kepadanya, “Mengapa aku melihat wajahmu benar-benar telah menguning?” Badruddin menjawab, “Sesungguhnya matahari itu wahai tuanku, menguning jika akan tenggelam.”

Beberapa ulama Daulah Utsmaniyah melakukan debat dengan Badruddin. Kemudian syariat ditegakkan dan keluarlah keputusan hukuman mati untuk Badruddin.

Rasulullah saw. bersabda, “Apabila datang pada kalian seseorang, sedangkan urusan kalian bersatu padu pada satu orang, sedangkan dia hendak mematahkan tongkatmu (memecah belah jemaah ) atau memecah belah persatuan kalian, maka bunuhlah dia. (HR Muslim).

Ajaran yang dibawa Badruddin itu menghilangkan sekat-sekat pembatas antara penganut akidah Islam yang benar dan akidah yang lain, sebab Badruddin menyerukan untuk menjalin persaudaraan antara umat Islam, Yahudi, Nasrani, penyembah sapi, dan orang-orang komunis. Ini bertentangan dengan Islam. Tidak ada persaudaraan antara kaum muslim dengan kaum nonmuslim. [MNews/Rgl]

Sumber: Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi, Sejarah Daulah Utsmaniyah, Faktor-Faktor Kebangkitan dan Sebab-Sebab Keruntuhannya, Ummul Qura

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *