[Tarikh Khulafa] Perang Psikologis yang Dikobarkan Muhammad al-Fatih dan Pasukannya

[Tarikh Khulafa] Perang Psikologis yang Dikobarkan Muhammad al-Fatih dan Pasukannya

Penulis: Nabila Ummu Anas

Muslimah News, TARIKH KHULAFA — Keberadaan kapal-kapal Turki Utsmani di perairan Tanduk Emas membawa pengaruh yang besar dalam melemahkan semangat juang orang-orang Byzantium yang mempertahankan kota. Mereka terpaksa menarik sejumlah besar pasukan dari tembok-tembok yang lain untuk mempertahankan tembok yang terletak di Tanduk emas. Ini karena tembok yang ada di sepanjang tepi Tanduk Emas adalah tembok yang paling lemah. Sebelum masuknya kapal-kapal Turki Utsmani di perairan Tanduk Emas, tembok tersebut dilindungi oleh perairan sehingga memungkinkan untuk memperketat penjagaan di tembok-tembok yang lain dengan mengesampingkan tembok tersebut.

Pasukan Byzantium Mulai Letih dan Putus Asa

Pasukan Byzantium telah berusaha beberapa kali untuk menghancurkan angkatan laut Turki Utsmani yang berada di Tanduk Emas. Namun, usaha keras orang-orang Byzantium itu selalu dalam pengawasan pasukan Turki Utsmani yang juga senantiasa mampu menggagalkan setiap rencana dan usaha mereka.

Pasukan Turki Utsmani terus-menerus menggempur titik-titik pertahanan dan tembok-tembok kota dengan meriam, serta berusaha memanjat tembok-tembok itu. Pada saat yang sama, orang-orang yang mempertahankan diri di dalam kota berusaha membangun kembali tembok-tembok kota yang sudah hancur dan mengusir usaha-usaha intensif pemanjatan tembok-tembok itu.

Sementara itu, pengepungan terhadap Konstantinopel terus berlangsung dari segenap penjuru. Kondisi seperti ini menambah berat pekerjaan orang-orang Byzantium dan membuat mereka ditimpa keletihan dan kepayahan. Mereka sibuk siang dan malam hingga mengalami keputusasaan.

Pasukan Turki Utsmani Melipatgandakan Serangan

Pada saat yang sama, pasukan Turki Utsmani menempatkan meriam-meriam khusus di atas gunung-gunung yang berada di sekitar Bosporus dan Tanduk Emas. Meriam-meriam ini digunakan untuk menghancurkan kapal-kapal Byzantium dan kapal-kapal lain yang membantunya di Tanduk Emas, Selat Bosporus, serta perairan-perairan di sekitarnya. Hal ini mempersulit pergerakan kapal-kapal musuh dan menyebabkan kelumpuhan yang menyeluruh.

Sultan Muhammad al-Fatih melipatgandakan serangan terhadap tembok-tembok Kontantinopel. Ia memutuskan serangan sesuai dengan rencana yang telah dia siapkan untuk melemahkan pihak musuh. Pasukan Utsmani terus melancarkan serangan terhadap tembok-tembok kota dan berusaha memanjatnya secara terus-menerus.

Semua itu mereka lakukan dengan penuh semangat kepahlawanan yang mencapai derajat yang sangat tinggi dalam hal keberanian dan pengorbanan. Sesuatu yang paling menakutkan bagi tentara Kaisar Konstantin adalah teriakan-teriakan pasukan Utsmani yang membelah langit, “Allahuakbar…, Allahuakbar…,” kata-kata itu menghunjam musuh seperti petir-petir yang menghancurkan.

Sultan Muhammad al-Fatih mulai menempatkan meriam-meriam besar di dataran-dataran tinggi yang berada di belakang distrik Galata. Meriam-meriam itu mulai memuntahkan pelurunya ke arah pelabuhan. Salah satu bom mengenai sebuah kapal dagang dan menenggelamkannya secara langsung.

Kapal-kapal lain pun dilanda ketakutan dan terpaksa melarikan diri dengan menjadikan tembok-tembok benteng Galata sebagai tempat perlindungan. Serangan pasukan Utsmani di daratan itu terus berlangsung seperti gelombang-gelombang yang menyambar dengan cepat dan bertubi-tubi.

Mental Musuh makin Lemah

Sultan Muhammad al-Fatih melancarkan serangan secara bertubi-tubi serta melontarkan bom-bomnya di darat dan laut tanpa henti, siang dan malam. Tujuannya adalah melumpuhkan kekuatan orang-orang yang dikepung, serta tidak memberikan kesempatan bagi mereka untuk dapat merasakan istirahat dan ketenangan sedikit pun.

Demikianlah, semangat pasukan Byzantium melemah, jiwa-jiwa mereka dilanda kepayahan, dan otot-otot mereka lunglai. Jadilah setiap tentara Byzantium melihat wajah temannya dipenuhi tanda-tanda kehinaan, kekalahan, dan kegagalan. Mereka secara terbuka membicarakan tentang cara menyelamatkan diri dan jiwa mereka, serta apa yang akan dilakukan pasukan Turki Utsmani jika berhasil menaklukkan kota mereka.

Pertemuan Kaisar Konstantin dengan para Pembantunya

Kaisar Konstantin mengadakan pertemuan mendadak di dalam kota dengan para pembantu, anggota permusyawaratannya, serta para pemuka Kristen. Semua yang hadir menyarankan agar kaisar Konstantin keluar dari kota dan mencari bala bantuan kepada umat Kristen dan negara-negara Eropa. Dengan harapan tentara-tentara Kristen dari negara-negara Eropa segera datang sehingga bisa memaksa Sultan Muhammad al-Fatih untuk menghentikan pengepungan terhadap Konstantinopel.

Hanya saja, Kaisar menolak saran itu dan mencukupkan dengan mengirim utusan-utusan ke seluruh penjuru Eropa untuk meminta bantuan. Utusan-utusan yang dia kirim kembali dengan membawa kegagalan.

Sementara itu, Sultan Muhammad al-Fatih mengejutkan musuhnya dari waktu ke waktu dengan sebuah seni perang dan pengepungan yang baru, perang urat saraf dan cara-cara baru yang belum pernah diketahui oleh musuh. [MNews/Rgl]

Sumber: Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi, Sejarah Daulah Utsmaniyah, Faktor-Faktor Kebangkitan dan Sebab-Sebab Keruntuhannya, Ummul Qura

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *