BBM Naik, Jangan Biarkan Anak Remaja Kita Cuek Aja

BBM Naik, Jangan Biarkan Anak Remaja Kita Cuek Aja

Penulis: Nabila Ummu Anas

Muslimah News, KELUARGA — Pada 3 September 2022, pemerintah resmi mengumumkan kenaikan harga BBM. Harga Pertalite yang semula Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000, Solar Rp6.800 dari sebelumnya Rp5.150 per liter, serta Pertamax menjadi Rp14.500 atau naik sebesar Rp2.000. Pemerintah pun panen kritikan dari berbagai lapisan masyarakat. Ini karena naiknya harga BBM bukan hanya sekadar naiknya biaya transportasi kendaraan pribadi rakyat yang tidak layak disubsidi, tetapi juga ke hampir semua sektor kehidupan rakyat akan terdampak. Remaja muslim harus peduli dan paham akan persoalan ini karena remaja merupakan bagian masyarakat yang juga menjadi amanah negara untuk dipenuhi kebutuhan hidupnya.

Ajak Remaja Muslim untuk Peduli

Di usia sekolah, remaja memang harus fokus dengan belajarnya. Sebagian orang tua tidak mau mengajak anak remaja mereka untuk membicarakan berbagai persoalan kehidupan. Dengan alasan agar tidak mengganggu belajar anak remaja mereka yang masih bersekolah. Orang tua memahami bahwa tugas mereka mencarikan uang untuk membiayai seluruh kebutuhan sekolah anak-anak. Sementara itu tugas anak adalah sekolah, belajar, naik kelas kemudian lulus.

Padahal, dalam realitas keseharian remaja, mereka tidak menghabiskan seluruh waktunya untuk sekolah. Ada berbagai aktivitas lain yang mereka kerjakan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup fisik dan naluri. Tidak sedikit berbagai aktivitas tersebut berbiaya dan harus terpenuhi secara layak pada setiap manusia termasuk remaja. Mereka butuh makan dan mungkin cemilan, serta berpakaian penutup aurat yang layak dan bersih. Setiap hari ada biaya transportasi, biaya membeli alat perlengkapan sekolah dan lain sebagainya.

Jika remaja dipahamkan bahwa kenaikan harga BBM akan berdampak terhadap kenaikan semua barang kebutuhan termasuk biaya transportasinya, maka kepeduliannya ini akan memicu sikap remaja. Mereka akan berusaha meringankan beban ekonomi keluarga setidaknya dengan pola hidup hemat dan tidak mudah merengek kepada orang tua agar kebutuhannya segera terpenuhi. Namun, lebih dari itu remaja muslim juga akan paham bagaimana seharusnya kebutuhan seluruh rakyat bisa terjamin pemenuhannya dengan mudah oleh negara.

Relasi Negara dan Rakyat Bukan Untung Rugi

Remaja muslim harus memiliki sudut pandang Islam dalam melihat persoalan kenaikan BBM ini. Ada pemerintah yang seharusnya melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan benar, tidak zalim terhadap rakyat. Ini karena Islam telah menggariskan bahwa penguasa adalah pe-riayah rakyat.

Nabi Muhammad saw. bersabda, “Imam (kepala negara) adalah pengurus rakyat dan bertanggung jawab (di hadapan Allah Swt.) atas rakyat yang ia urus.” (HR Bukhari dan Muslim)

Berbeda dengan sistem demokrasi yang merupakan “anak” kapitalisme sekuler. Negara sekuler berinteraksi dengan rakyat melalui cara pandang untung rugi. Jika rakyat dilayani, dimudahkan pemenuhan kebutuhan hidupnya, maka negara akan rugi. Jadi, kapitalis memandang rakyat adalah beban bagi pemerintah. Sebagaimana pernyataan para petinggi di negeri ini bahwa BBM dinaikkan harganya karena membebani APBN dan selama ini subsidi BBM salah sasaran. Pemerintah merasa rugi jika sebagian besar rakyat masih disubsidi BBM-nya.

Sementara itu di sisi yang lain, pemerintah menggelontorkan dana yang sangat besar untuk pembangunan IKN dan kereta cepat yang dipandang akan mendatangkan keuntungan besar pula. Hubungan pemerintah dengan rakyat dalam sistem kapitalisme sekuler tidak ubahnya hubungan dagang, sementara itu pemerintah dengan korporasi ibarat relasi bisnis yang sama-sama mendapatkan keuntungan. Mereka bisa tertawa bahagia di tengah tangisan rakyat yang menderita akibat kebijakannya.

Cara pandang kapitalisme sekuler ini tidak boleh dibenarkan remaja muslim. Setiap muslim, siapa pun ia, harus tidak menerima cara pandang salah ini. Keluarga muslim, ayah, ibu, termasuk anak remaja mereka wajib memahami ini. Paham bahwa sekarang umat Islam tidak di-riayah (diurus) dengan pe-riayah-an yang benar oleh negara. Negaranya tidak peduli dengan kesusahan hidup yang menimpa mereka. Oleh karena itu, tidak ada alasan umat Islam bertahan dengan sistem kapitalisme sekuler ini yang senantiasa mencekik rakyatnya.

Sistem Islam Menyejahterakan Rakyat

Remaja muslim juga harus dipahamkan bahwa negeri ini sebenarnya kaya akan sumber daya minyak. Namun, karena pengelolaan SDA dikelola oleh korporasi, maka keuntungan yang besar akan dinikmati oleh perusahaan saja. Negara hanya mendapatkan sedikit cipratan keuntungan, itu pun tidak sampai mengalir kepada rakyat.

Berbeda dengan Islam yang memandang sumber daya alam, termasuk minyak, adalah harta milik umum yang dikelola oleh negara untuk kesejahteraan rakyat. Rasulullah saw. bersabda, “Kaum muslim berserikat dalam tiga hal, air, padang gembalaan, dan api.” ( HR Abu Dawud)

Maka, BBM akan bisa didapatkan oleh masyarakat dengan mudah dan murah, bahkan jika bisa digratiskan, negara Islam akan segera dan senang hati melakukannya. Yang penting rakyatnya sejahtera tidak menderita.

Dalam Islam, semua kebutuhan pokok dan pelengkap rakyat dijamin terpenuhi. Dengan aturan syariat yang mewajibkan para wali untuk menafkahi keluarga atau jika para wali tidak mampu, maka negara akan memberikan bantuan langsung tanpa kompensasi apa pun kepada rakyatnya. Pemerintah dalam sistem Islam melihat rakyat sebagai amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt..

Diskusi tentang problematik negeri, serta mencari akar masalah dan solusi yang tepat dengan Islam tidak akan membebani pikiran remaja muslim. Justru mereka akan menjadi generasi yang cerdas dan peduli dengan berbagai persolan yang terjadi. Lebih dari itu, mereka juga akan memiliki gambaran sebagai agen perubahan yang aktif berdakwah agar masyarakat membuang sistem zalim dan menggantinya dengan Islam yang menyejahterakan. [MNews/Ruh]

Foto sampul: iStock

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *