Generasi Pemenang Pasca-Ramadan

Generasi Pemenang Pasca-Ramadan

Penulis: Ustazah Rahmah

Muslimah News, KELUARGA — Alhamdulillah, sebulan penuh kita berhasil mengajak anak-anak kita ikut berpuasa, baik yang puasanya baru berlatih hanya sampai zuhur, maupun yang sudah sampai magrib. Anak-anak berhasil menahan lapar-dahaga pada siang hari dan menahan hal-hal yang membatalkan puasa. Kita memotivasi anak-anak agar melaksanakan kewajiban sebaik-baiknya.

Mereka pun kita ajak memperbanyak amalan sunah, yakni iktikaf, sedekah, tadarus, berzikir, berdoa, salat tarawih, dan ibadah pada malam Lailatulqadar. Kita sampaikan kepada mereka janji Allah Swt. berupa pahala yang besar sehingga mereka makin giat beribadah.

Untuk memotivasi anak-anak, tidak jarang orang tua menjanjikan berbagai reward, hadiah, dan THR. Tentu dengan tetap memperhatikan dan melatih anak-anak mengerjakan ibadahnya dengan ikhlas dan penuh harap agar memperoleh target puasa, yaitu bertakwa dan memperoleh kemenangan (lihat QS Al-Baqarah [2]: 183).

Orang yang bertakwa adalah orang yang mampu melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya dalam seluruh aktivitas, baik urusan dunia maupun urusan akhirat. Dengan puasa Ramadan, pribadi-pribadi kita ditempa dan dilatih untuk meninggalkan yang mubah, seperti makan-minum, apalagi yang haram. Oleh karena itu, pasca-Ramadan akan lahir pribadi-pribadi bertakwa yang kuat mengekang nafsu syahwat/meninggalkan maksiat. Imam Al-Qaththan menafsirkan frasa la’allakum tattaqûn, yakni agar kalian bertakwa dengan meninggalkan syahwat yang mubah. Puasa yang mampu menghasilkan takwa adalah puasa yang mampu meninggalkan maksiat dalam aktivitas apa pun (Asy-Syaukani, Fath al-Qadîr, Tafsir QS Al-Baqarah ayat 183).

Dengan melaksanakan saum Ramadan dan berbagai amal ibadah di dalamnya, seorang muslim akan meraih ketakwaan. Selanjutnya, orang yang bertakwa akan memperoleh kemenangan. Allah Swt. berfirman, “Siapa saja yang menaati Allah dan Rasul-Nya, serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS An-Nur [24]: 52).

Ibnu Abbas dalam Tanwîr Miqbâs menafsirkan kata al-fâ’izûn (kaum yang menang) dengan menyatakan, yakni orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam penerapan hukum syariat (melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya). Mereka takut kepada Allah (terhadap dosa yang telah dikerjakan) dan takut  melakukan dosa/bermaksiat kepada-Nya. Mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan dengan masuk surga dan dijauhkan dari neraka.

Agar pasca-Ramadan anak tetap sebagai pemenang dan senantiasa dalam suasana ketakwaan yang  prima, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Pertama, senantiasa menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Anak-anak harus terus dibiasakan membaca dan mentadabur Al-Qur’an sehingga mengetahui makna-maknanya dan hukum-hukum yang ada di dalamnya. Selanjutnya Al-Qur’an diamalkan, yaitu dijadikan pedoman hidup untuk menentukan halal dan haram, serta untuk membedakan antara yang hak dan batil. Anak-anak wajib dibimbing untuk nenerapkan Al-Qur’an dalam seluruh aspek kehidupan dan seluruh aktivitas, baik urusan dunia maupun urusan akhirat. Hal itu akan mampu mengantarkan anak-anak memperoleh kemenangan karena berpegang teguh pada Al-Qur’an dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh Al-Qur’an ini adalah tali Allah yang kukuh. Dialah cahaya yang nyata. Obat yang bermanfaat. Pencegah dosa bagi siapa pun yang berpegang teguh padanya. Juga kemenangan bagi siapa saja yang mengikutinya.” (HR Al-Hakim).

Kedua, membiasakan anak senantiasa bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, yaitu melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya secara kâfah (menyeluruh). Diawali dengan membiasakan anak melaksanakan kewajiban dan meninggalkan keharamam. Selanjutnya ditingkatkan dengan menambah melaksanakan yang sunah dan meninggalkan yang makruh. Berikutnya dengan melaksanakan yang ihsân dan mengganti yang mubah dan tidak berguna dengan menyibukkan diri pada yang wajib dan sunah. Semua itu harus dilaksanakan dengan ikhlas dan bahagia. Allah Swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan muslim.” (QS Ali Imran [3]: 102).

Imam Az-Zamaksari menafsirkan frasa haqqa tuqqâtih, yaitu benar-benar melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. (Az-Zamaksari, Tafsîr al-Kasysyâf, I/306).

Ketiga, melaksanakan aturan pergaulan sesuai tuntunan Islam, yaitu menjauhi kemaksiatan dan senantiasa dalam ketakwaan. Di antaranya dengan membiasakan berpakaian syar’i. Anak-anak perempuan memakai gamis/jilbab dan kerudung syar’i. Anak laki-laki memakai celana panjang atau di bawah lutut dan memakai baju yang mendukung ketakwaan, seperti memakai peci, dll. Jangan biarkan anak memakai celana atau baju model sobek, serta rambut dicat warna-warni dan dikuncir. Pergaulan wajib syar’i, yakni tidak bercampur antara laki-laki dan perempuan, serta tidak berkhalwat. Memilih teman yang bertakwa. Tidak mengunjugi tempat-tempat maksiat.

Abdullah Nasih Ulwan mengatakan bahwa seorang yang bertakwa akan selalu menjaga diri agar Allah tidak melihat dirinya di tempat yang dilarangan-Nya. Jangan sampai ia tidak didapatkan di tempat yang diperintahkan-Nya. Ia melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya (Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyah al-Awlad fî al-Islâm (Terjemahan), Jakarta, Pustaka Amani, cetakan kedua, hlm. 339).

Keempat, membiasakan anak melakukan amar makruf nahi mungkar. Dengan demikian, mereka senantiasa mengajak temannya untuk menaati Allah dan Rasul-Nya, serta mencegah untuk berbuat maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya (lihat QS Ali Imran [3]: 104).

Kelima, membiasakan anak agar senantiasa bersyukur. Imam Jalalain menafsirkan frasa haqqa tuqâtih dalam QS Ali Imran ayat 102 dengan menyatakan, “Hendaklah taat dan janganlah bermaksiat. Hendaklah bersyukur dan janganlah kufur. Hendaklah ingat (kepada Allah) dan janganlah lupa.” (Tafsîr Jalalayn, I/394).

Perintah bersyukur terdapat pula dalam firman-Nya, “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.'” (QS Ibrahim: 7).

Keenam, membiasakan anak senantiasa merasa dalam pengawasan Allah Swt. dan menanamkan rasa takut kepada-Nya. Ibnu Abbas dalam Tanwîr Miqbâs menjelaskan salah satu ciri-ciri al-fâ’izûn (kaum yang menang) dalam QS An-Nur ayat 52 adalah takut kepada Allah (karena dosa-dosa yang telah dikerjakan) dan takut melakukan dosa/bermaksiat kepada-Nya. Merekalah orang-orang yang mendapat kemenangan dengan masuk surga dan dijauhkan dari neraka.

Orang-orang yang bertakwa juga selalu memperhatikan amal perbuatannya agar mampu mengantarkan dirinya ke dalam surga dan menjauhkan dirinya dari azab neraka (lihat QS Al-Hasyr [59]: 18).

Ketujuh, doa merupakan hal penting yang harus dilakukan orang tua untuk anak-anaknya. Ini sebagaimana yang Allah ajarkan dalam Al-Qur’an, “Orang orang yang berkata, ‘Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi kaum yang bertakwa.’”  (QS Al-Furqan [25]: 74).

Dengan melaksanakan tujuh poin di atas, insyaallah kita dan anak-anak kita menjadi pemenang. Kita senantiasa dalam ketakwaan yang prima pasca-Ramadan.

Wallahualam bissawab. [MNews/YG]

Sumber: alwaie[dot]net

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *