Mengajarkan Makna Musibah kepada Anak

Mengajarkan Makna Musibah kepada Anak

Penulis: Ustaz Iwan Januar

Muslimah News, KELUARGA — Negeri kita kerap mengalami musibah yang tidak bisa dihindari. Musibah adalah kondisi yang dirasakan oleh semua orang, tidak terkecuali anak-anak. Bahkan, amat mungkin anak-anak merasakan kondisi yang relatif berat ketimbang orang dewasa. Ketaktahuan makna dan cara menyikapi musibah bisa membuat mereka mengalami depresi dan trauma berkepanjangan.

Seringkali orang dewasa, termasuk orang tua, luput memberikan pengertian yang benar tentang arti dan cara menyikapi musibah kepada anak. Ada anggapan, anak belum perlu memahami makna musibah, padahal, anak-anak juga merasakan penderitaan musibah. Akibatnya, mereka bingung, serta tidak tahu hal yang terjadi dan yang harus dilakukan. Apalagi jika orang dewasa yang seharusnya menenangkan justru mengalami kepanikan dan stres. Anak pasti akan lebih panik lagi.

Oleh karenanya, orang tua perlu memberikan pemahaman tentang musibah kepada anak. Lakukan sesuai kadar pemahaman akal mereka. Dengan demikian, mereka dapat menyikapi musibah dengan benar dan memberikan ketenangan.

Pertama, menjelaskan prinsip keimanan bahwa bencana alam adalah tanda kekuasaan Allah Taala. Ayah-Bunda dapat mengutip beberapa ayat Al-Qur’an yang menjelaskan terjadinya hujan, angin, dsb. Misalnya firman Allah Swt., “(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Maka, janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS Al Baqarah: 22).

Manfaatkan momen musibah atau kabar tentang musibah untuk menguatkan keimanan anak pada kekuasaan Allah Taala. Tunjukkan betapa lemah dan kecilnya manusia di hadapan-Nya, hanya oleh air hujan, angin, atau gerakan tanah maka bangunan porak-poranda.

Kedua, ajarkan kepada anak-anak bahwa saat musibah datang, setiap muslim harus senantiasa meminta perlindungan kepada Allah Taala. Ceritakan kisah Nabi Yunus as. yang terus berzikir kepada Allah hingga akhirnya diselamatkan dari perut ikan yang menelannya. Bisa juga kisah Nabi Ayub as. yang senantiasa mengingat dan meminta tolong kepada Allah Taala sampai akhirnya diberikan kesembuhan oleh-Nya.

Ketiga, ajarkan kesabaran kepada anak-anak untuk tidak terus-menerus menangis atau ketakutan. Kisah Nabi Ayub dan Nabi Yunus alayhima salam amat tepat untuk dijadikan ibrah tentang kesabaran dan ketenangan menghadapi musibah. Demikian pula kisah Nabi Yusuf as. mengandung pelajaran kesabaran dalam menghadapi ujian.

Keempat, mengajak anak untuk selalu taat kepada Allah Taala. Jelaskan pada mereka bahwa Allah akan menjaga orang-orang yang menjaga agama-Nya. Demikianlah pesan yang didapat Abdullah bin Abbas ra. dari Rasulullah ﷺ.

Jagalah (Agama) Allah, Niscaya Dia akan Menjagamu

Ayah-Bunda bisa mengambil hikmah dari berbagai kisah orang-orang saleh yang mendapatkan perlindungan karena ketaatannya kepada Allah Taala. Kisah Nabi Nuh as. dan kaumnya yang diselamatkan Allah dari bencana air bah. Juga kisah Nabi Soleh dan Nabi Hud as. yang mendapat perlindungan dari azab Allah Taala.

Demikianlah, musibah bisa menjadi momen berharga untuk menanamkan akidah dan ketaatan pada keluarga, khususnya anak-anak. Dengan begitu, anak dapat memahami secara benar hakikat musibah dan dapat bersikap sesuai tuntunan agama. Lebih dari itu, mudah-mudahan mereka memiliki ketahanan mental saat menghadapi musibah. [MNews/YG]

Sumber: iwanjanuar[dot]com

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *