Ramadan dan Lebaran Membuat Ekonomi Bergerak Signifikan, Pelaksanaan Syariat Islam Terbukti Membawa Keberkahan

Ramadan dan Lebaran Membuat Ekonomi Bergerak Signifikan, Pelaksanaan Syariat Islam Terbukti Membawa Keberkahan

Penulis: Nindira Aryudhani, S.Pi., M.Si.

Muslimah News, OPINI — Mengutip Antara News (16-4-2024), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengungkapkan bahwa potensi perputaran ekonomi yang terjadi selama libur Lebaran 2024 berdasarkan survei (14-4-2024) kepada 1.758 responden, mencapai Rp369,8 triliun. Angka tersebut berasal dari perhitungan rata-rata pengeluaran masyarakat saat berwisata selama libur Lebaran yang per orangnya mencapai Rp2,3 juta.

Sementara itu, berdasarkan durasi perjalanan, wisatawan dengan durasi perjalanan sehari mampu mengeluarkan dana sebesar Rp904.500. Untuk wisatawan dengan durasi wisata 2—4 hari diperkirakan menghabiskan uang sebanyak Rp3,5 juta, bepergian selama seminggu sebesar Rp6,4 juta, dan yang lebih dari tujuh hari sekitar Rp7,5 juta. Berdasarkan durasi ini pula diketahui bahwa pelaku wisata dengan durasi satu hari tercatat sebesar 49,5% dan perjalanan dengan durasi 2—4 hari mencapai 36,2%.

Struktur pengeluaran masyarakat ini turut ditopang oleh pengeluaran untuk akomodasi, transportasi, konsumsi, hingga oleh-oleh. Dari sisi akomodasi secara umum, wisatawan sebanyak 34,5% memanfaatkan hotel berbintang untuk menginap serta 26,9% dengan memanfaatkan akomodasi milik keluarga.

Terkait destinasi wisata yang menjadi favorit masyarakat, lokasi wisata tersebut masih tersebar di Pulau Jawa yang meliputi Malioboro-Yogyakarta, Parangtritis-Yogyakarta, Ciwidey-Bandung, Lembang-Bandung, Pangandaran-Jawa Barat, Puncak-Bogor, Ragunan-Jakarta, Borobudur-Jawa Tengah, Bromo-Jawa Timur. Hal ini dominan terjadi di Pulau Jawa karena secara statistik jumlah penduduk Pulau Jawa juga besar.

Signifikan

Pernyataan Kemenparekraf tersebut sejalan dengan prediksi Menhub Budi Karya Sumadi. Sebagaimana kutipan dari laman resmi Kemenhub (5-4-2024), ia menegaskan, aktivitas mudik lebaran akan berdampak signifikan terhadap peningkatan pergerakan ekonomi masyarakat, khususnya bagi daerah asal pemudik.

Perhitungan ekonomi yang signifikan itu juga dihitung berdasarkan data proyeksi pergerakan masyarakat pada libur Lebaran 2024 beserta faktor pendorong lain yang memicu peningkatan pergerakan, seperti waktu libur atau cuti bagi ASN yang lebih panjang serta peningkatan daya beli masyarakat.

Tidak hanya itu, pergerakan masyarakat melalui angkutan Lebaran tahun ini ternyata menciptakan peluang dan manfaat yang sangat bernilai. Berdasarkan hasil survei Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kemenhub, potensi masyarakat yang melakukan mudik adalah sebesar 193 juta orang. Angka tersebut jelas sangat besar, bahkan tercatat mengalami kenaikan hingga 56% dibandingkan 2023.

Sebagai informasi, Kemenhub bersama para stakeholder telah menyiapkan sarana dan prasarana transportasi, di antaranya untuk sisi darat berupa 30.780 bus AKAP dan 144.441 pariwisata; sisi penyeberangan 213 unit kapal; serta sisi transportasi laut tersedia 26 kapal penumpang, 107 kapal perintis dan 1.208 kapal swasta. Dari penerbangan, terdapat 420 Pesawat yang siap beroperasi. Untuk kereta api, sebanyak 615 kereta api beroperasi setiap harinya untuk melayani perjalanan antarkota selama masa angkutan Lebaran.

Realitas pergerakan masyarakat selama Lebaran ini masih belum termasuk capaian ekonomi pasar sepanjang Ramadan lalu. Perputaran uang selama Ramadan diklaim telah mendongkrak pertumbuhan ekonomi, khususnya pada kuartal I dan II 2024 ini.

Islam Membawa Kebaikan dan Keberkahan

Secara tradisi, konsumsi rumah tangga tentu meningkat selama Ramadan sehingga wajar jika roda ekonomi berputar lebih kencang. Pergerakan ekonomi sepanjang Ramadan dan Lebaran bergulir ke berbagai sektor, mulai dari barang-barang kebutuhan pokok, jasa, transportasi, pariwisata, makanan minuman, sampai manufaktur.

Sebagai gambaran pula, Bank Indonesia (BI) telah melakukan front loading uang tunai senilai Rp197,6 triliun untuk periode Ramadan dan Idulfitri 2024. Jumlah tersebut meningkat 4,65% dibandingkan dengan realisasi peredaran uang pada Ramadan dan Idulfitri 2023 yang jumlahnya sekitar Rp189 triliun.

Atas dasar ini, tampak jelas kebaikan pelaksanaan syariat Islam—yang meski baru sebagian—pada momentum Ramadan dan Idulfitri. Bagi kaum muslim, kedua momentum tersebut adalah masa-masa emas yang sarat dorongan untuk berbagi dan membahagiakan saudara sesama muslim, terkhusus kepada yang kurang mampu.

Itulah kelebihan Islam. Pada saat yang sama, ekonomi dunia tengah lesu, inflasi pangan dan energi bahkan tidak terhindarkan. Dari sini saja kita bisa memperhitungkan, sekiranya syariat Islam diterapkan secara keseluruhan (kafah) dalam bingkai Khilafah, tentu kebaikan dan keberkahannya bagi umat ini akan jauh lebih banyak lagi.

Kemenangan, Buah Takwa

Saat Ramadan, memberi makan orang yang berpuasa (berbuka puasa) adalah sebuah amal saleh yang pahalanya sangat besar. Juga Idulfitri, saat kaum muslim berbagi dalam bentuk zakat fitrah maupun zakat harta (mal), jelas memberikan kebahagiaan tersendiri bagi kaum muslim dari kalangan mustahik.

Itu masih belum termasuk peningkatan pergerakan uang sebagai hadiah untuk anak-anak saat tradisi berkunjung ke rumah saudara kerabat. Meski dalam kacamata kapitalisme fenomena ini hanya dipandang berdasarkan capaian profit, tetapi sebagai kaum muslim kita harus menyadari bahwa ketaatan pada syariat Allah sudah pasti memberikan kebaikan dan keberkahan.

Allah Taala berfirman, “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (QS Al-Lail [92]: 5—7).

Juga dalam ayat, “Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS An-Nur [24]: 52).

Mengacu ayat di atas, Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Qatadah mengatakan, makna yang dimaksud adalah taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mengerjakan apa yang diperintahkan oleh keduanya, meninggalkan apa yang dilarang oleh keduanya, dan takut kepada Allah atas dosa-dosa yang telah lalu serta bertakwa kepada Allah dalam menghadapi masa depannya. Sedangkan kemenangan adalah bagi orang-orang yang berhasil meraih semua kebaikan dan selamat dari semua keburukan di dunia dan akhirat. Wallahualam bissawab. [MNews/Gz]

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *