[Fikih] Bagaimana Menjemput Jodoh dengan Rida Allah Taala?

[Fikih] Bagaimana Menjemput Jodoh dengan Rida Allah Taala?

Oleh: K.H. M. Shiddiq al-Jawi

Muslimah News, FIKIH — Tanya:

Ustaz, bagaimana caranya kita menjemput jodoh dengan rida Allah Swt.? (Ismaya N., Malang).

Jawab:

Jodoh itu bagian dari rezeki. Jemputlah jodoh seperti kita menjemput rezeki, yaitu carilah dengan cara yang halal, jauhi cara yang haram. Menjemput rezeki yang halal itu, ada 3 (tiga) kuncinya: rezeki itu dari Allah,  ikhtiar, dan tawakal.

Dalil bahwa jodoh itu bagian dari rezeki adalah sabda Rasulullah saw., “Siapa saja yang diberi rezeki (karunia) oleh Allah seorang istri yang salihah, berarti Allah telah menolongnya untuk mengamalkan setengah agamanya. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah untuk setengah yang sisanya.” (HR Al-Hakim, Al-Mustadrak, 2/175; Ath-Thabrani, Al-Mu’jamul Awsath, 1/294).

Dalam riwayat lain, Rasulullah saw. bersabda, “Jika seorang hamba menikah, sungguh dia telah menyempurnakan setengah dari agamanya maka hendaklah dia bertakwa kepada Allah untuk setengah yang sisanya.” (HR Al-Baihaqi, dalam kitabnya Syu’abul Iman. Kata Syekh Nashiruddin Al-Albani, kedua hadis di atas terdapat dalam kitab Shahīh Al-Targhīb wa Al-Tarhīb, no. 1916, dan keduanya adalah hadis hasan li-ghayrihi).

Dalil bahwa jemputlah jodoh seperti kita menjemput rezeki, yaitu carilah dengan cara yang halal, jauhi cara yang haram, adalah sabda Rasullah saw.,

“Janganlah kamu merasa rezeki itu lambat datangnya (sehingga kamu mencarinya lewat jalan haram) karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati kecuali telah sampai ke akhir rezeki yang merupakan bagiannya maka perbaikilah caramu dalam mencari rezeki, ambillah rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR Ibnu Majah, dan Al-Hakim, Al-Mustadrak (2/4) dan disahihkan oleh Syekh Nashiruddin al-Albani dalam Silsilah Al-Shahīhah, no. 2607).)

Adapun bahwa menjemput rezeki yang halal itu kuncinya ada tiga, yaitu rezeki biyadillah, ikhtiar, dan tawakal, penjelasannya sebagai berikut:

Kunci pertama, carilah rezeki dengan keimanan bahwa rezeki itu hanya di tangan Allah (ar-rizqu biyadillāhi wahdahu), bukan dari siapa pun atau apa pun selain Allah. Dalilnya firman Allah Swt.,

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu.” (QS Al-Māidah: 88).

“Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki.”  (QS Ar-Rūm: 40).

Firman Allah Swt.,

“Nafkahkanlah sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu.” (QS Yasin: 47).

Ayat-ayat di atas dengan jelas dan pasti (qath’ī) menunjukkan bahwa yang memberikan rezeki kepada manusia hanyalah Allah semata. Jadi rezeki itu di tangan Allah, bukan di tangan manusia. Tidak boleh seorang muslim berkeyakinan bahwa rezeki itu berasal dari dirinya sendiri, yakni tidak boleh dia meyakini dia mendapat rezeki itu karena usahanya sendiri, bukan rezeki dari Allah. (lihat QS Al-Qashash : 78). (Prof. Muhammad ‘Ali Al-Hasan, Mafāhīm Yajib Tash-hīhuhā fī At-Tawakkul wa Ar-Rizqi wa al-Ajal).

Kunci Kedua, carilah rezeki itu dengan ikhtiar (usaha/upaya) yang berjalan sesuai dengan sunatullah (kaidah kausalitas/sebab akibat), bukan hanya diam berpangku tangan. Dalilnya firman Allah Swt., “Dialah (Allah) yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS Al-Mulk: 15).

Firman Allah Swt., “Apabila salat (Jumat) telah dilaksanakan, bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS Al-Jumu’ah: 9, 10).

Kunci ketiga, carilah rezeki dengan sikap batin tawakal atau pasrah jiwa kepada Allah. Jangan salah paham terhadap makna tawakal yang sering dipahami sebagai sikap pasrah secara fisik (lahiriah) atau tidak berbuat apa-apa alias berdiam saja. Dalilnya hadis dari ‘Umar bin Khaththab raḍiyallāhu ‘anhu berikut ini:

Dari Umar bin Al-Khaththab ra. dari Nabi saw. bahwa Nabi saw. telah bersabda, “Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung. Burung itu pergi pada pagi hari dalam keadaan perut kempes dan pulang pada sore hari dalam keadaan buncit (kenyang).”(HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad. Hadis sahih). Wallahualam. [MNews/Rgl]

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *