Pemerhati: Tawuran Geng ala “Perang Sarung” Makin Mencekam

Pemerhati: Tawuran Geng ala “Perang Sarung” Makin Mencekam

Muslimah News, NASIONAL – Beberapa waktu lalu, belasan remaja ditangkap oleh polisi setelah terlibat dalam aksi “perang sarung” di beberapa kecamatan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kejadian tersebut menyebabkan empat orang terluka parah akibat serangan dengan sarung yang diisi batu. Insiden ini terjadi menyusul peristiwa serupa di Depok dan Bekasi, dan tidak lama kemudian muncul di kota-kota lainnya.

Iptu Made Budi Kaur Humas Polres Metro Depok mengungkapkan bahwa dalam peristiwa tersebut, massa menggunakan bambu, kayu, dan sarung yang diikat sebagai senjata. Meskipun begitu, perang sarung ini tidak berlangsung lama dan para pelaku segera membubarkan diri.

Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto, pada 13-3-2024 mengeluarkan maklumat yang melarang kegiatan masyarakat menjelang dan selama Ramadan. Maklumat ini bertujuan untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah hukum Polda Metro Jaya. Namun meski adanya larangan tersebut, tawuran dan perang sarung di kalangan remaja masih sering terjadi.

Mencekam

Pemerhati pendidikan Citra Amalia, M.Pd. menilai situasi tawuran ini makin mencekam. “Makin hari, situasi makin mencekam. Tidak hanya berita dan kasus-kasus yang dihiasi orang dewasa, bahkan kehidupan remaja saat ini juga terpapar dengan berbagai tindakan kriminal,” ungkapnya kepada MNews, Jumat (22-3-2024).

Ia melanjutkan, setiap kali membuka berita, selalu ada liputan tentang remaja yang terlibat dalam tawuran, kasus bunuh diri, pembunuhan, atau kekerasan.

“Miris, sedih, dan khawatir, berkumpul menjadi satu, menggambarkan potret buram generasi yang makin buruk, padahal seharusnya remaja dipenuhi dengan karakter akhlak mulia, prestasi, dan kebaikan,” ujarnya sedih.

Ia menyesalkan, fenomena perang sarung selalu berulang tiap tahun, terutama saat Ramadan tiba.

Warisan Budaya

Citra menerangkan, perang sarung atau tarung sarung merupakan warisan budaya dari suku Bugis. Namun, seiring berjalannya waktu, ucapnya, tradisi ini mulai disalahgunakan oleh kalangan muda dan seakan menjadi ajang pembuktian eksistensi diri dengan melakukan tawuran.

“Generasi muda, dengan segenap fitrah dan potensi luar biasa yang seharusnya mengisi dengan kegiatan positif kini telah menjadikan tradisi tarung sarung sebagai bentuk lain dari ajang tawuran selama Ramadan. Fenomena ini terlihat dari tingginya kasus perang sarung yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia,” bebernya.

Citra memaparkan, alasan para remaja melakukan perang sarung sering kali sepele. “Kadang mereka akui, perang ini terjadi karena tidak ada kegiatan atau ingin dianggap keren dan eksis bersama dengan kelompok dan komunitasnya,” jelasnya.

Sedangkan menurutnya, eksistensi remaja muslim itu adalah ketika Allah Swt. rida dengan perilakunya, ketika ia berani menyampaikan kebenaran kepada temannya tanpa sungkan, ketika ia aktif berkontribusi untuk kebangkitan umat, ketika ia istikamah dalam dakwah, dan memakai aturan Islam dalam kesehariannya.

Kian Mengkhawatirkan

Menurutnya, jika diukur menggunakan sudut pandang Islam, output pendidikan saat ini mengkhawatirkan. Ia lalu memaparkan bukti menurunnya kualitas pendidikan itu.

“Pertama, kurangnya pemahaman nilai-nilai Islam. Generasi yang tereduksi pendidikannya cenderung memiliki pemahaman yang dangkal atau bahkan salah terhadap ajaran Islam. Hal ini dapat dilihat dari penurunan praktik ibadah, pemahaman yang terdistorsi terhadap konsep-konsep agama, dan kurangnya keterlibatan dalam aktivitas keagamaan karena kekhawatiran tersusupi paham radikalisme dan lainnya,” paparnya.

Kedua, sebutnya, moralitas yang menurun. Pendidikan Islam seharusnya menghasilkan individu yang memiliki moralitas tinggi dan perilaku terpuji.

“Namun, jika generasi muda semakin terjerumus dalam perilaku negatif seperti kenakalan remaja, tawuran, bunuh diri, penyalahgunaan narkoba, atau kekerasan, hal ini menunjukkan kegagalan dalam mentransfer nilai-nilai moral yang diajarkan dalam pendidikan Islam. Ketika generasi muda kehilangan pemahaman tentang etika dan moralitas Islam, ini dapat menyebabkan penurunan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan,” ulasnya.

Dalam pandangan Islam, ucapnya, peningkatan kualitas pendidikan merupakan tanggung jawab bersama yang harus ditangani oleh masyarakat secara menyeluruh.

“Hal ini meliputi upaya untuk meningkatkan kurikulum pendidikan Islam, meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran, serta melibatkan seluruh komponen masyarakat dan negara dalam mendukung proses pendidikan yang efektif dan bermakna,” imbuhnya.

Generasi Penuh Takwa

Citra memaparkan, dalam Islam, tujuan utama dari pembangunan manusia adalah menciptakan generasi yang penuh ketakwaan, memiliki kendali diri yang kuat karena iman yang kokoh, bertanggung jawab, dan memiliki profil yang mencerminkan keunggulan.

“Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan suatu sistem yang mendukung secara menyeluruh. Tanpa sistem yang benar-benar memadai, segala upaya untuk menciptakan generasi yang berkualitas akan terhambat,” jelasnya.

Menyelamatkan dan melindungi generasi dari berbagai bentuk kerusakan, lanjutnya, hanya mungkin dilakukan dengan menerapkan sistem Islam secara komprehensif (kafah).

“Jika tidak dilakukan secara menyeluruh, hasil dari pembangunan generasi ini akan terdistorsi dan berpotensi menjadi sekular,” khawatirnya.

Ia mencontohkan, slogan-slogan seperti “salat terus, maksiat jalan” atau “meski tidak berhijab, yang penting rajin salat” menunjukkan adanya pemahaman yang tidak utuh tentang pentingnya sistem Islam dalam membentuk karakter dan kesalehan.

“Kesalehan individu bukanlah hal yang dapat berdiri sendiri, tetapi terbentuk bersama dengan kesalehan komunal yang didukung oleh sistem yang mencakup segala aspek kehidupan dalam Islam,” yakinnya.

 Dengan menerapkan sistem Islam secara kafah, Citra optimis, akan dihasilkan generasi yang sesuai dengan tujuan Islam dalam menciptakan manusia yang unggul dan berkualitas. [MNews/IA].

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *