[Dunia Remaja] Seperti Apa, sih, Jati Diri Remaja Islam?

[Dunia Remaja] Seperti Apa, sih, Jati Diri Remaja Islam?

Penulis: Shezan A. Gerung

Muslimah News, DUNIA REMAJA — Masa remaja kerap dianggap sebagai fase pencarian jati diri. Sedangkan masa kanak-kanak dianggap sebagai fase ketika seseorang belum mampu menentukan keputusannya sendiri. Orang tualah yang menjadi sosok utama penentu hal yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh sang anak.

Usia balig remaja hari ini sebagian besar hadir lebih awal. Akan tetapi, kematangan berpikir remaja masih menjadi PR besar generasi. Benar bahwa fase balig remaja adalah masa saat mereka harus memikul sendiri beban hukum atas setiap perbuatan. Hanya saja, di tengah banyaknya godaan di lingkungan remaja, orang tua harus tetap awas untuk mengontrol remaja.

Memasuki fase balig, seorang remaja seperti memasuki dunia yang menstimulus untuk eksis dalam pergaulan. Keinginan untuk menjadi pusat perhatian telah membuat mereka berupaya menjadi sosok yang berbeda dari remaja lainnya. Upaya untuk membangun sudut pandang pun kerap dipengaruhi oleh circle pertemanan, tren, media, serta berbagai hal yang menurut mereka fun dan tidak mengikat.

So, usia remaja juga menjadi semacam “alasan” untuk bebas melakukan dan memutuskan apapun. Sayangnya, di tengah masyarakat hari ini seakan ada kesepakatan tidak tertulis, orang tua menganggap proses ini sebagai hal yang wajar. Bahkan saat anak remaja mereka melakukan pelanggaran syariat.

Sebenarnya, ada enggak, sih, batasan kewajaran itu bagi remaja? Bagaimana batasan Islam bagi remaja yang telah memasuki usia balig? Agar enggak tersesat dan mengikuti sesuatu atas dasar perasaan, penting banget memahami tuntunan Islam. Termasuk pencarian jati diri seorang remaja, harus sesuai tuntunan Islam, lo!

Fase Remaja, Penuh Warna-warni!

Dunia remaja memang penuh warna. Bagi sebagian masyarakat, mengekang remaja justru akan menjadi bumerang. Meskipun enggak sedikit juga orang tua yang menerapkan pendidikan ala kolonial. Hanya saja, melihat realitas remaja yang banyak terpengaruh lingkungan pergaulan, tidak sedikit juga yang sepakat kalau remaja saat ini mengalami krisis jati diri.

Tujuan hidup remaja seolah hanya beredar di urusan duniawi. Pengin terkenal, punya uang banyak, dan hidup enak. Kalau dahulu, ada slogan para slankers, “muda kaya raya, mati masuk surga”.

Prinsip kebebasan yang melingkupi remaja hari ini tidak membuat remaja mudah menemukan jati diri yang ideal. Sebaliknya, remaja justru terombang-ambing dan tidak memiliki prinsip hidup yang kuat. Keputusan-keputusan mereka lebih berpijak pada perasaan dan bersifat emosional semata.

Atas dasar ini, sudah seharusnya fase transisi remaja dituntun oleh pemahaman yang kuat. Memang, masa remaja menjadi fase kehidupan anak manusia yang penuh intrik. Hanya saja, kondisi ini tidak boleh mereduksi tuntunan syariat dalam mengawal tumbuh kembang remaja, termasuk menuntun kematangan emosi mereka.

Menuntun Remaja

Sobat muslimah, membahas setiap sisi kehidupan remaja tidak cukup dengan melihat aspek psikis saja. Ini karena jika semata dilihat dari aspek ini, kita akan mewajarkan setiap perbuatan yang remaja lakukan. Sesungguhnya, tindakan yang manusia lakukan ditentukan oleh pandangannya mengenai kehidupan.

Remaja harus memahami pertanyaan mendasar dalam kehidupan. Dari mana ia berasal? Apa tujuan hidupnya di dunia? Hendak ke mana ia setelah kehidupan dunia? Pemahaman terhadap pertanyaan mendasar dalam kehidupan ini akan menuntun setiap tindakan manusia dan membentuk karakter khas pada manusia.

Oleh karenanya, mendiagnosis remaja harus berawal dari memahami hal yang menjadi landasan berpikir mereka saat berbuat. Kalau masalah karakter, sih, masa remaja jelas masa produktif. Segala hal yang baru akan manusia coba pada masa mudanya. Hanya saja, jika yang mendorong manusia berbuat semata karena dorongan perasaan, maka sebagian manusia akan mewajarkan apa yang remaja lakukan.

Seharusnya yang menjadi motivasi manusia berbuat adalah pemikiran. Dengan demikian, setiap hendak melakukan tindakan, pasti akan ada berbagai pertimbangan berdasarkan pemikiran tadi. Jika manusia membentuk pemikiran berdasarkan pemahaman pada tiga pertanyaan mendasar tadi, niscaya tidak akan ada manusia yang berbuat dengan mengandalkan perasaan saja.

Oleh karenanya, meski sebagian orang mengatakan wajar jika remaja kerap melakukan aksi antimainstream, tetapi sesungguhnya remaja tidak bebas melakukan apa pun sesuai keinginannya. Lantas, bagaimana tuntunan Islam?

Tuntunan Islam

Krisis jati diri yang remaja alami saat ini, salah satu penyebabnya karena mereka tidak memiliki paradigma berpikir yang khas. Pemikiran menjadi khas karena tuntunannya menyentuh tataran akhirat, bukan hanya dunia. Jika remaja bisa memecahkan pertanyaan mendasar di atas, niscaya mereka memiliki tujuan yang jelas, pasti, dan tidak abu-abu dalam setiap perbuatannya.

Remaja akan menjalani hidup dengan prinsip yang khas. Mereka tidak akan mudah terombang-ambing menjalani hidup. Ini karena pemahaman bahwa tujuan hidup semata untuk beribadah kepada Allah. Pemahaman ini akan menuntun mereka melakukan perbuatan berlandaskan rida Allah, seraya mengabaikan penilaian manusia.

Dengan prinsip ini, remaja tidak mudah silau terhadap dunia. Masa muda mereka akan diisi dengan berbagai amal ibadah, bukan hura-hura dengan alasan bahwa ini adalah sesuatu yang wajar untuk generasi muda. Tidak! Islam menuntut kita beramal optimal, memberikan amal terbaik pada usia produktif seorang hamba. Masa remaja harus dimaknai sebagai sebuah fase untuk memberikan yang terbaik bagi Islam.

Oleh karena itu, masa remaja bukan dalih untuk membiarkan diri larut dalam proses pencarian jati diri yang enggak jelas. Semua sudah ada tuntunannya dalam Islam. Ketika seorang remaja telah balig, tidak ada pilihan lain kecuali tunduk dan patuh terhadap syariat Allah. Jika mengingat konsekuensi amal perbuatan adalah pahala dan dosa, surga dan neraka, niscaya enggak ada satu pun hamba yang akan merasa terkekang dengan perintah Allah.

Yuk, perbaiki diri bersama. Jangan lupa carilah lingkar pertemanan yang benar agar referensi amal perbuatan kita berpijak pada satu prinsip kebenaran yang hakiki. Inilah jati diri remaja Islam yang sebenarnya, bukan yang lain. Sepakat? Wallaahualam. [MNews/YG]

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *