[Kabar] Korupsi Ratusan Triliun, Jurnalis: Menunjukkan Betapa Serakahnya Manusia

[Kabar] Korupsi Ratusan Triliun, Jurnalis: Menunjukkan Betapa Serakahnya Manusia

Muslimah News, NASIONAL — Kehidupan supermewah yang ditampilkan Harvey Moeis diduga merupakan hasil korupsi tata niaga timah di Bangka Belitung sejak 2018—2022. Pakar menaksir angka kerugian lingkungan dari korupsi itu mencapai Rp271 triliun.

Serakah

Menyoroti kasus korupsi tersebut, jurnalis Joko Prasetyo menilai hal itu menunjukkan betapa serakahnya manusia.

“Itu menunjukkan betapa serakahnya manusia apabila tidak terikat dengan hukum syarak, dalam kasus ini (yakni) mereka-mereka yang melakukan penambangan timah secara ilegal di Bangka yang melibatkan Harvey Moeis, suami Sandra Dewi,” ungkapnya kepada MNews, Jumat (12-4-2024).

Ia menambahkan, bagaimana tidak serakah, sudah mendapat jatah 88.900 hektare, tetapi aktivitas pertambangan yang dilakukan mencapai 170.363 hektare di kawasan galian hutan dan nonhutan. Ditambah lagi, ucapnya, membiarkan kerusakan lingkungan terjadi yang apabila ditaksir dengan uang bisa senilai Rp271 triliun.

“Bahkan diprediksi lebih besar dari Rp271 triliun, mengingat penambangan ilegal itu sudah dilakukan setidaknya sejak 2018 sampai 2022,” tegasnya.

Tidak Sendiri

Ia menduga korupsi ini tidak dilakukan sendiri karena menurut Kejagung, suami Sandra Dewi itu tersangka dalam kapasitasnya sebagai perpanjangan tangan atau pihak yang mewakili PT Refined Bangka Tin (RBT).

“Kalau dia sebagai perpanjangan tangan alias pihak yang mewakili, berarti kan ada yang diwakili dong? Nah, yang diwakilinya adalah RBT. Siapa pemimpin RBT kala itu? Robert Bonosusatya (RBS),” jelasnya.

Menurutnya, banyak pihak menduga RBS sebagai otaknya. Kejagung sendiri telah menjadikan RBS sebagai saksi serta diproses lebih lanjut meski tidak ditahan.

Meski demikian, ia pesimis para koruptor kelas kakap akan mendapat sanksi tegas. “Pengalaman yang sudah-sudah sih seperti yang kita tahu, hukuman lebih tegas diberlakukan kepada maling kelas coro, sedangkan koruptor kelas kakap, ya begitulah. Kalaupun dihukum, hukumannya sangat ringan,” sedihnya.

Bakal Terulang

Dalam analisisnya, megakorupsi ratusan triliun bukanlah kejadian pertama dan diprediksi bakal terulang kembali apabila tidak ada pergantian ideologi. Alasannya, ujarnya, mulai dari ideologi hingga sistem yang diterapkan saat ini memang mendorong orang untuk bertindak korup.

“Disadari atau tidak, ideologi yang diterapkan di Indonesia ini adalah ideologi kapitalisme. Ideologi kapitalisme ini berakidah sekuler dan bersistem pemerintahan demokrasi. Hanya saja posisi negara ini bukan sebagai pengemban ideologi kapitalisme, tetapi sebagai objek penerapan ideologi kapitalisme,” bebernya. 

Walhasil, sambungnya, sumber daya negeri mayoritas berpenduduk muslim ini disedot oleh negara-negara pengemban ideologi kapitalisme yang dipimpin AS.

“Tambang emas yang hasilnya berlimpah di Papua, disedot AS. Tambang batu bara yang hasilnya berlimpah di Kalimantan, disedot Cina,” ucapnya mencontohkan.

Ia melanjutkan, dari sisi penyelenggara negara dan juga para pengusahanya, umumnya akan bersikap sama selayaknya para kapitalis yang menyedot sumber daya yang ada, tetapi dengan kapasitas yang lebih kecil.

“Ideologi kapitalisme mendidik pemeluknya untuk tamak, menguasai harta sebanyak-banyaknya selama bisa dilakukan. Dengan kata lain, mempersilakan menghalalkan segala cara, yang penting tujuan tercapai. Mereka tidak menggubris ancaman siksa neraka,” kritiknya. 

Aturan Islam

Ia lalu membandingkannya dengan sistem Islam. “Para pengusaha boro-boro bisa menyuap pejabat agar dapat mengelola tambang timah ilegal, mengelola tambang timah legal saja enggak boleh. Itu karena semuanya wajib dikelola negara. Begitu juga dengan negara asing, sama sekali tidak diberi kesempatan untuk mengelola milkiyyah ammah tersebut,” paparnya.

Ia menerangkan, Islam mendidik pemeluknya untuk bertakwa sehingga akan selalu merasa segala gerak-geriknya diawasi. Alhasil, ujarnya, seseorang tidak akan korupsi meskipun ada kesempatan untuk korupsi, itu karena takut dengan siksa Allah Swt. di akhirat kelak. “Apalagi mengelola tambang timah yang hasilnya melimpah karena itu haram dikelola swasta/individu,” yakinnya.

Hanya saja, menurutnya, penerapan ideologi Islam meniscayakan ditegakkannya Khilafah, sistem pemerintahan yang menerapkan syariat Islam secara kafah, termasuk sistem sanksi yang menghukum para koruptor yang paling berat berupa takzir hukum mati. [MNews/IA]

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *